Home » » Instalasi sistem operasi jaringan

Instalasi sistem operasi jaringan

Posted by Satriyo WHP Blog on Saturday, June 4, 2016


INSTALASI SISTEM OPERASI JARINGAN



a. Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan belajar ini siswa diharapkan :
1)         Mengetahui tahapan instalasi sistem operasi jaringan
2)         Memahami proses intalasi sistem operasi jaringan

Poin-poin pembelajaran kali ini diberikan dalam peta pikiran berikut.

b. Uraian Materi
INSTALASI SISTEM OPERASI JARINGAN
Instalasi merupakan hal yang paling awal dilakukan sebelum membangun server. Instalasi ini mencakup dua hal, instalasi perangkat keras dan perangkat lunak. Sebagai server yang akan melayani komunikasi antar jaringan, maka sebuah server minimal harus memiliki 2 kartu jaringan. Satu untuk jaringan internal dan lainnya untuk jaringan eksternal. Persyaratan lainnya dalam instalasi server mengikuti syarat umum instalasi Sistem Operasi, seperti:
-       Jumlah  RAM yang diperlukan
-       Besar ruang harddisk yang akan digunakan
-       Tipe dan kecepatan prosesor
-       Resolusi video / layar (diperlukan untuk sistem operasi GUI)
Informasi ini biasanya telah disediakan oleh perusahaan penyedia sistem operasi yang bersangkutan. Misal, untuk Sistem Operasi Debian Wheezy dengan Desktop memerlukan syarat perangkat komputer seperti berikut ini.
-       Prosesor minimal Pentium IV 1 GHz
-       RAM minimal 128 MB (Disarankan 512 MB)
-       Harddisk minimal 5 GB

METODE INSTALASI SISTEM OPERASI
Sistem operasi diinstall ke dalam bagian tertentu dari harddisk. Lokasi tertentu ini biasa dikenal dengan istilah partisi disk. Terdapat sejumlah metode yang dapat digunakan untuk menginstall sistem operasi. Penentuan metode ini dapat didasarkan pada kondisi hardware, persyaratan sistem operasinya sendiri dan kebutuhan user. Berikut ini merupakan empat pilihan jenis instalasi sistem operasi:



1.    Instalasi Baru
Opsi ini dapat digunakan apabila jaringan yang akan dibangun adalah jaringan baru, ataupun adanya penambahan perangkat server baru yang tidak mendukung sistem operasi jaringan yang ada saat ini. Jika memilih opsi ini maka semua data pada partisi terpilih akan dihapus. Apabila ada aplikasi yang sudah terinstal sebelumnya pada sistem operasi lama, maka nanti perlu diinstal kembali.



2.    Upgrade
Opsi ini banyak digunakan pada sistem-sistem jaringan yang sudah berjalan. Opsi ini dilakukan biasanya karena adanya perbaikan fitur yang ada pada sistem operasi yang digunakan, termasuk juga karena fitur baru yang memang diperlukan. Dengan memilih opsi ini aplikasi yang sudah terinstal sebelumnya kemungkinan akan tetap dapat digunakan setelah upgrade. Opsi upgrade ini hanya akan mengganti file-file sistem operasi sebelumnya dengan yang baru.



3.    Multi-boot
Apabila disyaratkan untuk ada lebih dari satu sistem operasi dalam satu komputer, maka opsi ini dapat dipilih untuk memungkinkan penggunaan lebih dari satu sistem operasi. Nantinya, setiap sistem operasi akan ditempatkan pada partisinya masing-masing. Oleh karena itu, perlu ada persiapan partisi sebelum melakukan instalasi multi-boot ini.

4.    Virtualisasi
Virtualisasi ini merupakan teknik yang memungkinkan instalasi sistem operasi dilakukan diatas sistem operasi yang ada saat ini. Tidak dalam partisi tertentu namun dalam suatu file tertentu. File ini merupakan perwakilan dari suatu sistem komputer virtual. Satu komputer dapat memiliki lebih dari satu komputer virtual. Oleh karena itu, instalasi lebih dari satu sistem operasi juga dimungkinkan dengan teknik ini. Beberapa aplikasi yang memungkinkan untuk membuat sistem virtual ini adalah VirtualBox, VMWare, dan Virtual PC.




Sebelum melakukan instalasi sistem operasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
-       Struktur partisi yang akan digunakan
Salah satu teknik yang digunakan untuk mengamankan data yang ada di komputer adalah dengan membuat partisi yang berbeda untuk sistem dan data. Dengan adanya pemisahan ini akan memungkinkan nantinya sistem tersebut di-upgrade tanpa mempengaruhi datanya. Pembagian ini juga dapat membantu dalam proses backup dan restore.
-       Penentuan jenis sistem file
Sistem file merupakan sistem manajemen file yang diterapkan sistem operasi untuk mengelola file-file yang tersimpan di harddisk. Ada banyak sistem file yang telah dikembangkan saat ini. Beberapa yang sering digunakan adalah FAT16/32, NTFS, HPFS, ext2, ext3, ext4. Setiap sistem operasi dapat memiliki lebih dari satu sistem file. Seperti Linux Ubuntu yang dapat mengelola hampir semua sistem file yang ada saat ini. Setiap sistem file yang dipilih memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Saat ini telah banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk mengolah partisi dan sistem file pada harddisk. Perubahan partisi yang dilakukan setelah instalasi dapat memungkinkan terjadinya kehilangan data. Oleh karena itu, diperlukan adanya perencanaan yang baik terkait penentuan struktur dan sistem file yang akan digunakan.

Ada banyak partisi yang bisa dibuat untuk sistem operasi Linux. Berikut ini merupakan partisi-partisi yang umum digunakan.
-       /, adalah partisi utama (root) pada sistem operasi Linux. Peranannya mirip seperti drive C: pada Windows XP. Pada setiap instalasi Linux ini merupakan partisi selalu harus dibuat. Sistem file yang biasa digunakan untuk memformat partisi ini adalah ext4. Minimal besarnya partisi ini adalah 5 GB. Disarankan minimal 8 GB agar lebih leluasa menginstall program lainnya.
-       /home, adalah partisi untuk user. Partisi ini dapat berisi data user. Data disini dapat berupa dokumen, gambar, audio, video dan konfigurasi aplikasi user. Ini serupa dengan folder Documents and settings atau Users pada Windows. Partisi ini dapat dijadikan satu dengan partisi root (/) atau pada partisi sendiri. Sistem file pada partisi juga biasanya menggunakan ext4. Besarnya partisini ini dapat ditentukan berdasarkan banyaknya data yang kemungkinan akan dihasilkan.
-       /boot, merupakan partisi yang berisikan aplikasi booting (menjalankan) sistem operasi. Partisi ini dapat tidak dibuat. Kalau dibuat akan berguna nantinya pada saat instalasi multi-boot sistem operasi. Sistem filenya juga secara umum dapat menggunakan ext4.
-       swap, adalah partisi RAM pada sistem Linux. Partisi ini dapat digunakan sebagai RAM tambahan (memori virtual). Ini berguna pada saat sistem kehabisan RAM (fisik). Semakin banyak jumlah aplikasi yang dijalankan semakin besar jumlah RAM yang digunakan. Pada saat sistem kehabisan RAM, Linux dapat menggunakan partisi swap ini sebagai RAM tambahan. Dalam Linux ada istilah swapping yang digunakan untuk menunjukkan proses pemindahan page dari memori RAM ke swap. Page adalah blok-blok pada memori. Ukuran dari partisi ini minimal sama dengan besarnya RAM yang ada. Namun disarankan agar besarnya swap dua kali RAM.

Silahkan cek link https://help.ubuntu.com/community/SwapFaq dan http://www.dd-wrt.com/wiki/index.php/Linux_SWAP untuk penjelasan lebih lanjut mengenai swap.

Sistem operasi Linux merupakan sistem operasi yang memiliki sangat banyak varian. Varian ini dikenal dengan istilah distro. Bagi pemula terkadang kesulitan untuk menentukan distro Linux yang mau digunakan. Berikut ini adalah dua situs yang dapat dijadikan referensi pemilihan distro Linux-nya.
-       http://distrowatch.com/, pada situs ini akan ditampilkan data statistik setiap distro linux yang ada diurutkan mulai dari yang terbanyak. Sampai saat tulisan ini dibuat tiga distro teratas pada minggu ini adalah Linux Mint, Ubuntu dan Debian. Selain itu ada halaman http://w3techs.com/technologies/details/os-linux/all/all yang juga menampilkan statistik penggunaan Linux.

Gambar 6. Situs distrowatch.com sebagai pusat informasi distro Linux

-       http://www.zegeniestudios.net/ldc/, pengunjung pada situs ini, yang ingin menentukan distro yang cocok untuknya, akan dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebutuhan Linux yang diharapkan. Sampai saat buku ini dibuat bahasa yang didukung masih sedikit dengan bahasa utamanya adalah bahasa Inggris. Terdapat sekitar 16 pertanyaan yang akan diberikan. Hasil akhirnya adalah rekomendasi beberapa distro Linux yang mungkin sesuai.



Gambar 7. Situs zetgeniestudios.net sebagai situs pemandu penentuan distro Linux

Setiap distro ada yang merupakan turundan dari distro lainnya, seperti Ubuntu yang merupakan turunan dari Debian dan Mint yang merupakan turunan dari Ubuntu/Debian. Walaupun berbeda setiap distro tetap menjalankan sistem Linux yang sama. Terkait dengan metode instalasi secara umum terdapat beberapa persamaan seperti adanya pembuatan partisi, user, keyboard, dan pewaktuan. Sebagai gambaran berikut ini merupakan poin-poin instalasi sistem operasi Debian.
-       Konfigurasi BIOS untuk dapat melakukan boot melalui CD/DVD.
-       Pemilihan mode instalasi teks atau grafis (GUI)
-       Pemilihan bahasa, lokasi saat ini dan jenis keyboard
-       Pengaturan jaringan dan nama host (komputer)
-       Penentuan password untuk user root
-       Pembuatan user baru
-       Penentuan pewaktuan sesuai lokasi saat ini
-       Penentuan skema partisi yang akan digunakan
-       Pengelolaan sumber paket aplikasi (CD atau mirror)
-       Pemilihan aplikasi yang akan diinstall
-       Instalasi boot loader



PRAKTIKUM
Pada praktikum ini akan dilakukan instalasi sistem operasi Ubuntu dengan menggunakan virtualisasi. Persiapan yang perlu dilakukan diantaranya adalah:
-       Sistem operasi yang digunakan untuk instalasi ini adalah Microsoft Windows 8.1.
-       Aplikasi VirtualBox, yang digunakan saat ini adalah versi 4.3.6 r91406. Unduh aplikasinya di alamat http://www.virtualbox.org.
-       File image Debian dalam format ISO. Versi yang digunakan saat ini adalah Debian Wheezy 7.3 (debian-7.3.0-i386-DVD-1.iso). File-nya dapat diunduh pada alamat http://debian.org. Apabila ingin menggunakan distro lainnya disarankan untuk membaca panduan instalasi yang disertakan pada situsnya atau forum diskusi terkait.
-       Demi kelancaran proses instalasi, koneksi internet sementara dapat dinonaktifkan.
-       Pastikan ada ruang kosong minimal 8 GB, misalnya pada kasus ini komputer virtual akan disimpan di drive D karena masih memiliki ruang kosong sebesar 11 GB.

Langkah - langkah instalasinya akan dibagi menjadi 5 tahapan besar, yakni:
-       Konfigurasi virtualbox untuk melakukan menempatkan file komputer virtual pada drive D
-       Pembuatan komputer virtual debian
-       Penyertaan file image Debian
-       Penentuan urutan booting
-       Instalasi Debian.

Konfigurasi VirtualBox
Tahapan ini dapat dilewati jika ingin menyimpan komputer virtual di lokasi bawaan VirtualBox, yakni di drive System Windows (biasanya drive C). Apabila menggunakan sistem Linux, secara default lokasi instalasi komputer virtual ada di lokasi direktori home masing-masing user (biasanya di filesystem /home).
  1. Pastikan aplikasi VirtualBox telah terinstal. Bukalah aplikasi VirtualBox.
  2. Buka menu File > Preferences… atau dapat dengan menekan Ctrl + G.
  3. Pada tab General > untuk input Default Machine Folder pilih opsi Other kemudian tentukan lokasi file komputer virtual akan disimpan, misalnya pada lokasi D:\DATA\VirtualBoxDisk.


  1. Untuk menyelesaikan tekan OK.

Pembuatan Komputer Virtual Debian
  1. Pada aplikasi VirtualBox buka menu Machine > New atau toolbat New atau tekan Ctrl + N untuk membuat komputer virtual baru.
  2. Pada window yang muncul, untuk entri Name: isikan dengan “debian” tanpa tanda kutip seperti gambar berikut. Selanjutnya klik Next.


  1. Pada window berikutnya, isikan memori maksimal dari komputer ini yang akan digunakan untuk menjalankan komputer virtual ubuntu. Pada kasus ini isikan dengan 512 MB, disarankan kalau mampu isikan nilai 1024 MB, yang penting tidak melewati batas hijau dari bar.

  1. Pada window berikutnya, penentuan besarnya harddisk yang akan digunakan untuk komputer virtual ubuntu. Pilih Create a virtual hard drive now.

  1. Pada window berikutnya, pilihlah jenis hard drive VDI (VirtualBox Disk Image). Kemudian klik Next.
  2. Pada window yang muncul pilih Dynamically allocated, kemudian klik Next.
  3. Pada window ini, biarkan tetap 8 GB untuk ukuran hard drive-nya. Klik Create untuk melanjutkan.

Penyertaan File Image Debian ke Komputer Virtual









  1. Masih pada aplikasi VirtualBox, klik kanan pada komputer virtual debian yang baru saja dibuat kemudian pilih Settings….
  2. Pada window yang tampil pilih tab Storage dan klik tree Emtpy yang berada di bawah Controller: IDE.
  3. Klik tombol untuk mencari file image Debian yang telah didownload sebelumnya.

  1. Terakhir klik tombol OK untuk menyelesaikan.


Penentuan Urutan Booting
Langkah ini penting dilakukan untuk dapat mengatur urutan pencarian booting sistem operasi.




  1. Dari aplikasi virtualbox akses kembali window Settings dari komputer virtual debian.
  2. Pilih tab System dan pastikan pilihan Boot order menempatkan CD/DVD diatas Hard Disk, apabila belum klik CD/DVD dan gunakan tombol  atau  untuk menaikan atau menurunkan, sehingga seperti tampilan berikut.

  1. Kemudian klik OK untuk menyelesaikan. Dengan ini booting akan lebih dulu mencari ke CD/DVD dibandingkan Hard Disk.

Instalasi Debian pada Komputer Virtual
1.    Klik dua kali pada komputer virtual debian untuk menghidupkan komputer tersebut.
2.    Pada tampilan berikut gunakan keyboard panah bawah untuk memilih menu Graphical Install dan tekan enter.


3.    Pada window pemilihan bahasa, pilihlah bahasa Indonesia. Lanjutkan dengan menekan Continue atau menekan keyboard Enter.


4.    Pada pemilihan lokasi pastikan lokasinya adalah Indonesia, kemudian klik Lanjutkan. Gunakan keyboard panah atas-bawah atau mouse untuk memilih lokasi.



5.    Pada pengaturan keyboard pastikan pilihan pada Inggris Amerika dan tekan keyboard Enter atau tekan Lanjutkan.


6.    Pada tampilan pengaturan jaringan ini pilihlah Lanjutkan.

  
7.    Demi menjamin kelancaran proses instalasi, untuk sementara konfigurasi jaringan akan diabaikan. Pilih opsi Jangan mengatur jaringan saat ini. Kemudian tekan Enter.


8.    Pada window penentuan nama host berilah nama sesuai keinginan masing-masing, misalnya: kdebian, kemudian tekan Enter.


9.    Selanjutnya, isilah password user root, yang nanti akan digunakan untuk mengakses sistem Debian. Tekan Enter untuk melanjutkan.

10.  Pada tampilan berikut sistem akan meminta nama lengkap user, username dan password yang akan digunakan untuk menggunakan sistem ini.







11.  Berikutnya pada penentuan waktu, pilih sesuai daerah yang didiami saat ini.


12.  Berikutnya akan disuguhi tampilan untuk menentukan skema partisi harddisk. Skema yang akan digunakan adalah.
o   Partisi / (primer) dengan kapasitas 6 GB dari 8 GB harddisk yang disediakan.
o   Partisi /home (logikal) dengan kapasitas 1 GB.
o   Partisi swap (logikal) dengan kapasitas 1 GB.
Untuk membuat skema diatas pilihlah metode Manual.






13.  Selanjutnya, pilihlah hard disk yang terdeteksi, dalam hal ini adalah VBOX HARDDISK, kemudian tekan Enter atau klik tombol Lanjutkan.



14.  Setelah itu, pada konfirmasi pembuatan tabel partisi pilih Ya.



15.  Lanjut lagi, untuk membuat partisi baru pilih RUANG KOSONG, dan tekan Lanjutkan atau Enter.


16.  Berikutnya pilih Buat partisi baru.



17.  Gantilah nilai 8.6 GB menjadi 6.6 GB.



18.  Pada penentuan Jenis partisi pilih Primer.



19.  Sedangkan untuk lokasi pilihlah Awal.


20.  Pada tampilan konfirmasi pilihlah Selesai menyusun partisi dan klik tombol Lanjutkan.


21.  Berikutnya pilih kembali RUANG KOSONG > Buat partisi baru > pada tampilan penentuan partisi nyatakan ukurannya sebesar 1 GB.


22.  Pada bagian jenis pastikan pilihannya Logikal dan lokasinya di Awal. Kemudian pada tampilan susunan partisi pastikan Titik kait-nya adalah /home.



23.  Terakhir untuk membuat partisi swap, pilih kembali RUANG KOSONG > Buat partisi baru sehingga muncul tampilan penentuan ukuran partisi. Pastikan besarnya minimal sama besar dengan besarnya RAM yang digunakan di komputer virtual ini.


24.  Pada bagian jenis partisi pilihlah Logikal dan tekan Enter. Berikutnya pilih menu Gunakan sebagai: dan tekan Lanjutkan.


25.  Pada daftar sistem file yang ada pilih ruang swap kemudian tekan Enter.

26.  Pada tampilan berikutnya pilih Selesai menyusun partisi dan tekan Enter.


27.  Hasil akhirnya bila sesuai dengan skema akan seperti berikut ini.

28.  Dari tampilan ini pilih menu Selesai mempartisi dan tulis perubahan-perubahannya ke hard disk dan tekan tombol Lanjutkan. Pilih Ya dan tekan Enter dari window konfirmasi yang tampil.


29.  Pilih Tidak untuk pemindaian CD/DVD lainnya dan penggunaan mirror pada jaringan.

30.  Apabila ingin berpartisipasi pada kontes popularitas aplikasi Debian pilih Ya(tidak jga tidak apa2) pada window yang muncul.


31.  Pada pemilihan aplikasi yang terinstall biarkan dalam kondisi bawaannya dan klik Lanjutkan.
Ket: jika ingin melakukan instalasi secara manual sebaiknya hilangkan semua checklist kecuali di perkakas sistem standar dengan menekan tombol spasi


32.  Pada konfigurasi pemasangan boot loader pilih Ya dan tekan tombol Lanjutkan.

33.  Apabila berhasil berikut merupakan tampilan Login dari Debian setelah instalasi.





Thanks for reading & sharing Satriyo WHP Blog

Previous
« Prev Post

0 comments:

Post a Comment